Motor Pembakaran Dalam dan Bahan Bakar

Alkohol merupakan salah satu dari sekian banyak sumber energi pengganti, antara lain : tenaga air, panas matahari, batu bara, angin, nuklir, dan lain-lain. Dalam hal ini dipilih alkohol sebagai alternatif pengganti bahan bakar bensin premium atas pertimbangan – pertimbangan sebagai berikut :
Ø  Alkohol dengan Etanol merupakan bahan bakar yang renewable (dapat diperbaharui dari waktu ke waktu).
Ø  Sifat–sifat alkohol yang mirip dengan gasoline sehingga masih memungkinkan masih dapat dipergunakan pada mesin piston 4 langkah dengan melakukan sediki modifikasi yang di butuhkan.
Ø  Karena alkohol dapat di produksi dari biomass, antara lain ubi–ubian maka pemakaian alkohol sebagai bahan bakar akan memberikan dampak lingkungan yang positif.
Bertolak dari berbagai kepositipan dalam berbagai permasalahan di atas, maka baik didalam maupun diluar negeri usaha-usaha penelitian yang dilaksanakan semakin mendekati saat nyata pemakaian alkohol. Dari berbagai penelitian terdahulu tentang alkohol, diperoleh kesimpulan tentang kemampuan suatu kendaraan berbahan bakar alkohol adalah amat memadai, pengaruh pencemaran juga lebih ramah dibandingkan dengan gasoline. Apalagi jika kita bandingkan terhadap bahan baku pembuat alkohol yang tersedia berlimpah-limpah serta amat bervariasi, yang selama ini bersumber dari energi yang kurang dimanfaatkan, seperti ketela pohon serta ubi jalar.
Salah satu penggerak mula yang banyak digunakan adalah mesin kalor. Mesin kalor adalah mesin yang mempergunakan energi termal untuk melakukan kerja mekanik, atau yang merubah energi termal menjadi energi mekanik. Dimana energi itu sendiri dapat diperoleh dengan proses pembakaran, proses fisi (pemisahan) bahan bakar nuklir dan dari proses lainnya.
Jika dilihat dari cara memperoleh energi termal, mesin kalor dibagi menjadi dua golongan, yaitu Mesin Pembakaran Luar (External Combustion Engines) dan Mesin Pembakaran Dalam (Internal Combustion Engines).
Mesin pembakaran luar adalah mesin dimana proses pembakarannya terjadi diluar mesin (mesin uap, turbin uap, mesin udara panas dan turbin gas siklus tertutup). Sedangkan mesin pembakaran dalam adalah mesin dimana proses pembakarannya terjadi didalam mesin. Mesin pembakaran dalam sering disebut dengan nama motor bakar. Jenis dari motor bakar ini antara lain adalah, Motor bakar torak, sistem turbin gas, dan propulsi pancar gas.
Hubungan Antara Rasio Kompresi dan Nilai Oktan Bahan Bakar
Ada beberapa hal yang mempengaruhi unjuk kerja mesin bensin, antara lain besarnya perbandingan kompresi, angka oktan bensin sebagai bahan bakar. Semakin  besar perbandingan udara yang dihasilkan maka mesin akan semakin efisien, akan tetapi semakin besar perbandingan kompresi akan menimbulkan knocking, dalam hal ini gas baru yang belum terbakar terdesak oleh gas yang telah terbakar, sehingga tekanan dan suhunya naik sampai mencampuri keadaan hampir terbakar, jika pada saat ini gas tadi terbakar dengan sendirinya, maka akan timbul ledakan (detonasi) yang menghasilkan gelombang kejutan berupa suara ketukan (knocking) pada mesin yang berpotensi menurunkan daya mesin, bahkan bisa menimbulkan kerusakan serius pada komponen mesin.
Untuk mengatasi hal ini maka harus dipergunakan bahan bakar yang memiliki angka oktan tinggi. Angka oktan pada bahan bakar mesin Otto Menunjukkan kemampuannya menghindari terbakarnya campuran udara bahan bakar sebelum waktunya yang menimbulkan knocking tadi. Untuk memperbaiki kualitas campuran bahan  bakar dengan udara maka aliran udara dibuat turbulen, sehingga diharapkan tingkat homogenitas campuran akan lebih baik. Mesin bensin empat langkah menjalani satu siklus tersusun atas empat tahapan/ langkah.
Proses Pembakaran Pada Motor Bensin
Pada umumnya pembakaran didefinisikan sebagai reaksi kimia atau reaksi persenyawaan bahan bakar dengan oksigen dengan diikuti oleh sinar dan panas. Mekanisme pembakaran sangat dipengaruhi oleh keadaan dari keseluruhan proses pembakaran.
Ini dikenal dengan 3 teori mengenai terbakarnya hidrokarbon tersebut.
v  Hidrokarbon terbakar bersama-sama dengan oksigen sebelum karbon bergabung dengan oksigen.
v  Karbon terbakar lebih dahulu dari pada hydrogen,
v  Senyawa hidrokarbon terlebih dahulu bergabung dengan oksigen dan membentuk senyawa (senyawa hidroxilasi) yang kemudian dipecah secara terbakar.
Dalam pembakaran hidrokarbon yang biasa (normal) tidak akan terjadi gelaga apabila kondisinya memungkinkan untuk proses hidroxilasi. Hal ini hanya akan terjadi bila percampuran pendahuluan antara bahan bakar dan udara mempunyai waktu yang cukup, sehingga memungkinkan masuknya oksigen kedalam molekul hidrokarbon. Bila oksigen dan hidrokarbon ini tidak bercampur dengan baik, maka akan terjadi proses cracking dimana pada nyala akan timbul asap. Pembakaran semacam ini disebut pembakaran tidak sempurna.
Ada dua kemungkinan yang dapat terjadi pada pembakaran motor bensin ini yaitu:
Ø  Pembakaran normal  (sempurna),  dimana bahan bakar dapat  terbakar seluruhnya pada saat dan keadaan yang dikehendaki.
Ø  Pembakaran tidak normal (tidak sempurna), dimana sebagian bahan bakar tidak ikut terbakar, atau tidak terbakar bersama-sama pada saat dan keadaan yang dikehendaki.
Pembakaran yang tidak sempuma seperti misalnya knocking dan pre ignition memungkinkan timbulnya gangguan dan kesukaran-kesukaran dalam motor bensin.
Seperti telah diterangkan sebelumnya pada peristiwa pembakaran normal api menyebar keseluruh bagian ruang bakar dengan kecepatan konstan dan fungsi berfungsi sebagai pusat penyebaran. Dalam hal ini gas baru yang belum terbakar terdesak oleh gas yang telah terbakar, sehingga tekanan dan suhunya naik sampai mencampuri keadaan hampir terbakar, jika pada saat ini gas tadi terbakar dengan sendirinya, maka akan timbul ledakan (detonasi) yang menghasilkan gelombang kejutan berupa suara ketukan (knocking noise). Fluktuasi tekanan yang besar dan cepat, ini terjadi pada akhir langkah pembakaran. Sebagai akibatnya tenaga mesin akan berkurang, dan jika sering terjadi akan memperpendek umur mesin.
Hal-hal yang menyebabkan terjadinya knocking adalah.
  1. Perbandingan kompresi yang tinggi, tekanan kompresi, suhu pemasangan campuran dan suhu silinder yang tinggi
  2. Masa pengapian terlalu cepat.
  3. Putaran mesin rendah.
  4. Penempatan busi dan kontuksi ruang bakar tidak tepat, serta jarak penyebaran api terlampau jauh.
Pembakaran yang normal pada motor bensin adalah, dimulai pada saat terjadinya loncatan bunga api pada busi dan membakar semua hydrogen dan oksigen yang terkandung dalam campuran bahan bakar. Tetapi dalam pembakaran yang tidak lengkap yaitu pembakaran yang ada kelebihan atau kekurangan oksigen atau hydrogen. Contoh reaksi kelebihan oksigen : Cm + 3C>2 CC>2 + 62 dalam persamaan reaksi diatas jelas ada kelebihan O2 (oksigen).
Sistem Karburator
Proses mempersiapkan campuran udara-bahan bakar yang dilaksanakan diluar silinder dimana sebagai proses pengkabutan. Alat yang bisa melaksanakan proses pengkabutan disebut karburator. ( Ref. Sistem Bahan bakar )
Sebuah karburator yang baik harus secara otomatis bisa mengukur jumlah dan menyediakan campuran udara bahan-bakar dalam perbandingan yang tepat untuk bermacam-macam kondisi operasi. Sebap kondisi saat putaran dengan bahan kecil akan membutuhkan campuran udara-bahan bakar yang berada dengan kondisi saat putaran tinggi dengan beban maksimum.
Dengan perkataan lain sebuah karburator haruslah siap melayani kebutuhan campuran udara - bahan bakar yang tepat selama mesin beroperasi.
Secara umum ada beberapa modifikasi yang harus dilakukan pada mesin berbahan bakar alkohol, salah satunya adalah karburator. Diameter main jet orifice menunjukan seberapa miskin atau kaya campuran yang akan masuk ruang bakar, semakin kecil lubangnya akan semakin miskin. Karena alkohol memerlukan campuran yang lebih kaya  maka lubang tersebut harus diperbesar. Untuk memperoleh keuntungan dari sifat anti knocking yang dimiliki alkohol maka ignition timing harus diubah. Jika pada umumnya mesin yang berbahan bakar bensin waktu penyalan adalah 8-100 sebelum TMA, karena etanol memiliki bilangan oktan lebih tinggi maka ignition timing dapat dimajukan.
Pada proses pengabutan yang sempurna, udara mengalir melewati bagian dalam ( venturi ) karburator, yang kemudian masuk kedalam mesin, sedangkan bahan bakar masuk melalui suatu saluran yang akhirnya berujung pada alat penyembur di dalam karburator.
Berbagai hal yang mempengaruhi sempurnanya proses pengabutan antara lain adalah :
a. Waktu Yang Tersedia
Lamanya waktu yang tersedia amat mempengaruhi sempurna atau tidaknya proses pengabutan . Makin sempit waktu yang tersedia akan makin tidak sempurna proses pengabutan yang terjadi. oleh sebab itu untuk mesin yang mempunyai putaran kerja tinggi, sulit diharapkan proses pengabutan yang baik.
b. Temperatur Pengabutan
Kondisi udara sekitar, khususnya keadaan temperatur, tekanan dan relatif humadity amat mempengaruhi terhadap baik buruknya karburasi.
Bila karburasi cukup tinggi akan menghasilkan karburasi yang baik. Bila tekanan udara tinggi juga akan menghasilkan karburasi yang baik. Sedangkan bila relatif humadity udara tingi proses karburasi cenderung lebih buruk. Demikian juga terjadi hal yang sebaliknya.
c. Kontruksi Karburator
Faktor–faktor penentu terhadap merata atau tidaknya distribusi dan kontinuitas campuran udara–bahan bakar yang masuk kedalam silinder pada berbagai kondisi operasi yang berbeda–beda tergantung dari pengaturan letak bagian demi bagian, permukaan udara–bahan bakar serta bentuk penampung lintang dari saluran.
Apa lagi perancangan jelek akan mengakibatkan proses pengabutan yang jelek. Tetapi bila perencanan baik akan mengakibatkan proses pengabutan yang baik pula.
d. Kwalitas Bahan Bakar
Kwalitas bahan bakar amat mempengaruhi hasil proses pengabutan. Pada mesin versi bensin yang mempunyai daya penguapan baik tidak akan menimbulkan masalah. Tapi pada mesin versi gasohol dan dengan adanya kandungan air, maka daya penguapan akan menurun, sehingga dikhawatirkan proses pengabutan gasohol akan mengalami gangguan yang merugikan.

Pemanas Buatan Berupa Elemen Elektrik
            Pemanas ini merupakan suatu alat yang berfungsi untuk memindahkan energi berupa energi panas sebagai akibat adanya perbedaan suhu antara daerah-daerah disekelilingnya. Adapun fungsi dari pemanas ini pada motor bensin empat langkah adalah untuk menaikan koefisien perpindahan panas pada bahan bakar. Pemanas ini dipasangkan pada sistem karburator, sehingga sebelum bahan bakar sampai pada ruang bakar maka terlebih dahulu dipanaskan oleh pemanas ini agar lebih memudahkan dalam proses pembakaran.
Secara umum konstruksi dari pemanas buatan ini adalah sebagai berikut :
  1. Terminal

  2. 4
    Kabel Tembaga

  3. 3

    1

    2
    Keramik isolator
  4. Tube (Alumunium)
Gambar 1 Pemanas Buatan

1

2

3

4

5
 





Keterangan :
            1. : Lilitan Kawat
            2. : Bahan Bakar Alkohol
            3. : Pipa (Al)
            4. : Keramik
            5. : Bahan Isolasi (Kertas)



1

3

4

2
 





 Gambar 2 Konstruksi Secara Umum Dari Pemanas Buatan

Keterangan :
v  Pipa (Al)
v  Keramik
v  Kabel Tembaga
v  Lilitan Kawat

Hubungan Motor Bakar Dengan Alkohol
Pengertian Alkohol
Alkohol merupakan turunan hidroksil dari alkana, maupun turunan dari aklil dari air. Alkohol mempunyai satu atau lebih gugusan OH, yang menggantikan kedudukan H pada parafin hidrokarbon. (Ref. Kimia 2000 Untuk SMU kelas 2 Hal : 7)
( RH ) alkana
                                                                                       Alkohol ( R-OH)
( H-OH )Air     

Methil alcohol ( metanol ) serta ethil alkohol ( etanol ) merupakan dua suku pertama dari deret alkohol yang luas. Rumus kimia dari metanol adalah CH3 OH dan untuk etanol adalah C2 H5 OH
Jenis – jenis Alkohol
Berdasarkan jenis atom karbonnya yang mengikat gugusan OH, alkohol dibedakan atas alkohol primer, akohol sekunder, dan alkohol tersier.
A. Metanol (CH3 OH)
Metanol (CH3 OH) merupakan hasil sitesa gas CO dan H2, dimana gas tersebut dapat di peroleh dari ” Steam Reforming ”. Sintesa methanol dari CO dan H2 adalah dimana reaksi tergantung pada suhu dan tekanan operasi :
            CO + 2 H2                     CH3 OH
Bahan baku untuk pembuatan metanol antara lain gas alam, batu bara, kayu (serutan kayu / serbuk kayu), serta bahan buangan yang mengandung Bagse dimana dapat dikonfersikan menjai gas CO dan H2 ( gas sintesa ).
Sifat-sifat fisis metanol :                              (Ref. Kimia 2000 Untuk SMU Kelas 2 Hal: 19)
v  Merupakan larutan tak berwarna & tak berbau.
v  Merupakan racun yang kuat.
v  Titik didih  650C.
v  Titik bekuh -97,80C.
v  Mudah dipindahkan.
v  Larut dalam air.
v  Nilai kalor = 24.400 kJ/kg

Pemanfaatan Metanol
v  Merupakan bahan baku untuk pembuatan asam asetat, protein sel tunggal, pelarut bahan kimia dan sebagainya.
v  Sebagai bahan bakar baik murni maupun dicampur.
v  Metanol mengandung 30 % berat oksigen, dimana oksigen tesebut  membentuk gugusan hidroksil sehinga metanol bersifat semakin polar  (cepat terbakar) dibandingkan dengan bahan bakar hidrokarbon.
v  Jumlah hidrokarbon yang tidak terbakar sempurna CO lebih rendah dari pada gasolin. Hal ini mengakibatkan berkurangnya pengotoran udara dan efek lainnya.
v  Udara pembakaran yang dibutuhkan akan menurun, yakni untuk metanol lebih rendah dari pada gasolin.
v  Adanya sejumlah kecil air yang terbawa pada pembakaran.
v  Dengan nilai oktan yang lebih tingi.

Etanol (C2H5 OH)
Etanol (C2H5 OH) merupakan hasil dari pada fermentasi (reaksi perubahan) beberapa karbonhidrat yang mengandung ” Fermentable Sugar ” atau suatu polisachrida yang dapat dihidrolisa menjadi permentable sugar.
Reaksi :
2 CO +4 H2 C                             2 H5 OH +H2O .
Sifat-sifat fisis Etanol :                    (Ref. Kimia 2000 Untuk SMU Kelas 2 Hal: 19)
v  Merupakan larutan berupa zat cair bening dan berbau khas.
v  Mudah menguap dan mudah dipindahkan.
v  Tidak beracun.
v  Larut dalam air.
v  Titi didih 78 oC dan Titik Cair -115 oC.
v  Nilai Kalor = 23.930 kJ/kg
Bahan baku yang dapat dipakai pembuatan etanol antara lain  adalah : tetes gula, jagung, ketela pohon, ubi jalar, jewawut, bahan buangan kertas.
Tabel 1.  Perbandingan sifat panas gasoline dan etanol
Keterangan
Gasolin
Etanol
Panas laten pembakaran ( kcal / kg )
Titik didih ( 0C )
Berat oksigen ( % )
Anka oktan
Perbandingan udara pembakaran dan bannyaknya bahan bakar
65
99
0
87

14,4
206
78o C
34,7
111

8,47

                                                            ( www.wikipedia.com, Alkohol Fuels)
Dengan memperhatikan tabel tersebut diatas beberapa gambaran atas dipakainya etanol sebagai bahan bakar adalah :
v  Nilai panas etanol kurang jika dibandingkan terhadap gasolin, hal ini akan mengakibatkan berkurangnya tenaga yang dihasilkan. untuk 1 liter etanol akan menghasilkan 2/3 energi dari 1 liter gasolin. Dengan demikian teoritis diperlukan 33% lebih banyak daripada gasolin untuk menghasilkan daya yang sama.
v  Disebabkan karena besarnya panas laten penguapan persatuan berat etanol yang lebih tingi daripada gasolin maka akan mempersulit star engine. Hal ini terutama terjadi pada pagi hari .
v  Sebanding dengan nilai oktan yang lebih tinggi dari pada gasolin, untuk mengimbangi jumlah pemakaian bahan bakar spesifik yang lebih tinggi maka perbandingan kompresi bisa lebih ditingkatkan.
v  Dengan adanya sifat–sifat kimia serta kadar air didalam etanol maka terhadap setiap komponen fuel sistem etanol engine, perlu diadakan pencegahan korosi .
v  Tingkat polusi yang lebih rendah dari pada gasolin.

Pengaruh Alkohol Terhadap Performa Mesin
Yang dimaksud dengan performance suatu mesin adalah prestasi kerja kemampuan yang bisa ditunjukan oleh mesin yang bersangkutan.
Perfomance suatu mesin dikatakan baik bila prestasi-prestasi kerja yang ditunjukan olehnya adalah sesuai atau lebih baik dari pada perencanaan yang diharapkan oleh perencananya. Dan begitu pula bila terjadi hal yang sebaliknya.
Hal-hal yang bisa diklasifikasikan sebagai perfoma suatu mesin khususnya dalam program pemakaian bahan bakar alkohol ini antara lain :
v  Torsi
v  Daya mesin.
v  Fuel Consumption.
v  Efisiensi Mesin.
Dalam penelitian oleh para ahli, mesin-mesin yang diteliti adalah mesin jenis bensin. Sehingga dengan demikian akan timbul kelainan-kelainan bila mesin-mesin menggunakan alkohol sebagai bahan bakarnya.
Pengaruh Alkohol Terhadap Sistem Bahan Bakar
Sistem bahan bakar pada kendaraan bermotor bensin bisa dijamin aman apa bila kendaraan bermotor tersebut memakai bensin sebagai bahan bakarnya. Tetapi sistem tersebut belum tentu aman apa bila memakai bahan bakar lain selain bensin.
Dengan kata lain sistem bahan bakar bagi kendaraan bermotor versi bensin apa bila menggunakan alkohol akan menimbulkan akibat-akibat tersendiri .
Akibat-akibat tersebut antara lain:
A. Terjadinya Korosi
Senyawa hirokarbon pada umumnya tidak bersikap korosif, tetapi karena adanya senyawa-senyawa impurities seperti misalnya asam-asam organik, basa dan sulfur bebas akan dapat menyebapkan terjadinya korosi dari elemen-elemen yang terbuat dari logam tertentu.
Terjadinya senyawa impurities ini adalah akibat dari proses pengilangan minyak, proses yang tidak sempurna. Dapat juga diakibatkan oleh penyimpanan yang tidak sempurna, jadi sebetulnya bensin mempunyai bakat untuk bersifat korosif  bila mana diperlakukan tidak dengan semestinya.
Sedangkan metanol yang mempunyai nilai PH antra 4 ,5-5 bersifat asam. Jelas bahwa gasohol mengandung senyawa-senyawa impurites yang berupa asam organik. Hal ini akan menyebabkan gasohol bersifat korosif terhadap logam tertentu dan juga menyebapkan karet mudah rusak.
Agar lebih jelas kita bandingkan sifat-sifat antara bensin dengan gasohol :
Tabel 2. Perbedaan Sifat Bensin dengan Gasohol
No
Keterangan
Unit
Bensin
Gasohol
1.
2.
3.
4.
Kadar Gum
Sulfur
Kandungan air
Kandungan O2
Mg / 100 ml
% berat
% vol .
% vol .
Max . 4,0
Max . 0,02
nol
nol
6,4
0,007
1,0
8,675
                                                                                                ( www.wikipedia.com, Alkohol Fuels)

Dari daftar perbandingan diatas tampak bahwa gasohol mempunyai kandungan air, kandungan oksigen dan eksistensi gum yang lebih besar bila di banding dengan bensin.
Kandungan air dan oksigen yang terdapat didalam gasohol di tambah lagi dengan sifat higroskopis gasohol akan berakibat meningkatnya jumlah konsentrasi atom-atom oksigen. Hal ini mengakibatkan terjadinya korosi alektrolitik dan korosi oksidasi.
Reaksi elektrolitik yang terjadi melibatkan korosi terhadap seng dan besi yang termasuk oksidasi anodik.
Reaksi yang terjadi adalah :
a ).       Zn                                                         Zn++     +    2 e-
b ).       Fe                                                          Fe+++   +     3e-
Reaksi diatas diikuti oleh proses pembebasan elektron. Elektron-elektron yang terbebaskan selanjutnya akan dilihat oleh reaksi katodik pada permukaan katoda secara satu persatu ataupun secara serempak.
Sedangkan pada lingkungan larutan yang bersifat alkais, reaksi yang terjadi adalah reaksi dari oksigen yang membentuk ion-ion hidroksil.
Reaksi :
C ).       O2   +  2 H2O   +   4e-                                                4 OH-
Sedangkan dalam keadaan yang normal akan terjdi reduksi dari ion-ion hidrogen menjadi gas hidrogen.
Reaksi :
d ).        2H+   +   2e-                                                H2
Dengan demikian terlihat bahwa seng, besi serta unsur-unsur yang lain menimbulkan hasil korosi yang tidak larut didalam bahan bakar. Tetapi karena gasohol bersifat asam, maka reaksi-reasi yang terjadi hanyalah reaksi a , b , dan d saja.
Reaksi oksidasi yang terjadi adalah akibat kandungan oksigen dalam gasohol yang cendrung aktif mengoksidasi bahan logam dari komponen-komponen sistem bahan bakar.
Reaksi yang terjadi adalah :
e ).        4 Fe    +    3 O2                                    2 Fe 2O3
f ).         2 Zn  +    O2                                        2 Zn O
Konsep Dasar Perpindahan Panas
Perpindahan panas dapat didefinisikan sebagai berpindahnya energi dari suatu daerah ke daerah lainnya sebagai akibat dari beda suhu antara daerah-daerah tersebut. Selain itu perpindahan panas terdiri dari beberapa proses, yaitu proses dalam keadaan stedi dan tak stedi. Proses stedi adalah bila laju aliran panas dalam suatu sistem tidak berubah dengan waktu, yaitu bila laju itu konstan, maka suhu dititik manapun lidak berubah. Dengan kondisi stedi, kecepatan masuk panas pada titik manapun harus tetap sama dengan kecepatan keluar, dan jika terdapat atau terjadi perubahan energi dalam contohnya adalah pendinginan bola lampu listrik dengan udara sekitar, atau perpindahan panas dari fluida yang panas ke fluida yang dingin didalam penukar panas. Sedangkan yang dimaksud dengan proses tak stedi bila suhu diberbagai titik dari sistem tersebut berubah dengan waktu. Karena perubahan suhu menunjukkan perubahan energi dalam, kita berkesimpulan bahwa penyimpanan energi bagian yang tidak terpisahkan dari aliran proses tak stedi.
Kepustakaan perpindahan panas pada umumnya mengenal tiga cara perpindahan panas yang berbeda : konduksi ( conduction, juga dikenal dengan istilah hantaran ), radiasi ( radiation ) dan konveksi ( convection ).
Konduksi adalah proses dimana panas mengalir dari daerah yang bersuhu tinggi ke daerah yang bersuhu rendah didalam suatu medium ( padat, cair, gas ) atau antara medium-medium yang berlainan yang bersinggungan secara langsung. Dalam aliran perpindahan panas secara konduksi, perpindahan energi terjadi karena hubungan molekul yang cukup besar. Menurut teori kinetic, suhu elemen zat sebanding dengan energi kinetic rata-rata molekul yang mcmbentuk elemen itu.
Energi yang dimiliki oleh suatu elemen zat yang disebabkan oleh kecepatan dan posisi relatif molekul-molekulnya disebut energi dalam. Jadi, semakin cepat molekul-molekul bergerak, semakin tinggi suhu maupun energi dalam elemen zat tersebut.
Radiasi adalah proses dimana panas mengalir dari benda yang bertemperatur tinggi ke benda yang bertemperatur rendah tanpa melalui zat perantara, kalor juga dapat berpindah melalui daerah-daerah hampa. Panas radiasi dipancarkan oleh suatu benda dalam bentuk kumpulan energi yang terbatas atau kuanta. Gerakan panas radiasi didalam ruangan mirip perambatan cahaya dan dapat diuraikan dengan teori gelombang. Bila gelombang radiasi menjumpai benda yang lain, maka energinya diserap dan dikekal oleh permukaan benda tersebut. Perpindahan panas secara radiasi semakin pcnting dalam meningkatkan suhu suatu benda.
Konveksi adalah proses perpindahan energi dengan kerja gabungan dari kunduksi panas, penyimpanan energi dan gerakkan mencampur perpindahan panas dengan cara konveksi dari suatu permukaan yang suhunya diatas suhu fluida sekitarya berlangsung dalam beberapa tahap. Pertama, panas akan mengalir secara konduksi dari permukaan partikel-partikel fluida yang terbatas. Energi berpindah dengan cara demikian akan menaikkan suhu dan energi dalam partikel-partikel fluida. Kemungkinan partikel-partikel fluida tersebut akan bergerak ke daerah yang bersuhu lebih rendah didalam fluida dimana mereka akan bercampur, dan memindahkan sebagian energinya kepada partikel-partikel lainnya.
Perpindahan pada konveksi diklasifikasikan dalam konveksi bebas dan konveksi paksa menurut cara pergerakkan alirannya. Maka bila gerakkan mencampur berlangsung semata-mata sebagai akibat dari perbedaan kerapatan yang disebabkan oleh gradient suhu disebut dengan konveksi bebas. Dan bila gerakan mencampur disebabkan oleh suatu alat dari luar, seperti pompa, kipas, maka prosesnya disebut konveksi paksa.
Koefisien Perpindahan Panas
            Metode perhitungan perpindahan panas secara konveksi khususnya cara-cara mencari nilai koefisien perpindahan panasnya dalam hal masalah perpindahan panas konveksi diperlukan analisis dinamika fluida tersebut.
            Sebelum menelaah lebih jauh terlebih dahulu harus memahami dan menentukan angka Reynolds terlebih dahulu. Penentuan angka Reynolds ini bertujuan untuk dapat memastikan apakah aliran fluida dalam pipa / tabung tersebut laminar atau turbulen.
            Angka Reynolds digunakan sebagai kriteria untuk menunjukan apakah aliran dalam tabung atau pipa tersebut itu laminar atau turbulen. Untuk
            Red =  > 2300                 ( Ref. Perpindahan Kalor J.P. Holman Hal : 195 )
Aliran itu biasanya turbulen.
            Sekali lagi pada daerah transisi terdapat suatu jangkau angka Reynolds, yang bergantung dari kekerasan pipa dan kehalusan aliran. Jangkau transisi yang biasanya di gunakan adalah :
            2000 < Red < 4000                   ( Ref. Perpindahan Kalor J.P. Holman Hal : 195 )

Walaupun dalam kondisi yang dikendalikan ketat dalam laboratorium aliran laminar masih bisa didapatkan pada angka Reynolds 25.000.
Hubungan Kontinuitas untuk aliran satu dimensi dalam tabung ialah :
            m = ρumA                                 ( Ref. Perpindahan Kalor J.P. Holman Hal : 195 )
Dimana :
            m   = Laju aliran massa (kg/s)
            μm = Kecepatan rata-rata (m/s)
            A   = Luas penampang (m2)

Untuk Kecepatan Rata-rata μm dimana panjang jarak yang dilalui pada selang bahan bakar dibagi dengan waktu yang dibutuhkan oleh bahan bakar tersebut. Maka :
μm =  =
Kecepatan massa didefinisikan sebagai berikut :
                        Kecepatan Massa = G =  = ρum
Sehingga angka Reynolds dapat dituliskan sebagai berikut :
                        Red =   atau Red =
Untuk menentukan Laju aliran massa dapat digunakan :
            m = ρ  kg/s                      ( Ref. Perpindahan Kalor J.P. Holman Hal : 260 )
Dimana :
            ρ = masa jenis bahan bakar (kg/m3)
            d = diameter tabung (m)
            μm = Kecepatan rata-rata (m/s)
Untuk dapat menentukan berapa laju perpindahan panas pada bahan bakar yang keluar setelah melewati pemanas buatan dapat diketahui berdasarkan rumus sebagai berikut :
Pada suhu dinding luar dapat diketahui suhu yang keluar
q = mCp(Tb2 – Tb1)   J/s ( Ref. Perpindahan Kalor J.P. Holman Hal : 260 )

Dimana :
            M  =  Laju aliran massa (kg/s)
            Cp =  Koefisien perpindahan panas karena tekanan (kJ/kg.K)
            Tb2 =  Suhu Alkohol setelah melewati pemanas ( oC )
            Tb1 =  Suhu Alkohol sebelum melewati pemanas ( oC )
Berdasarkan persamaan aliran yang telah diketahui didapat :
            Nud = 0,023 Red0,8Pr0,4 ( Ref. Perpindahan Kalor J.P. Holman Hal : 234 )
Untuk dapat menentukan koefisien perpindahan panas konveksi secara paksa berdasarkan aliran yang telah diketahui dapat menggunakan rumus :
            h =    W/m2.K                   ( Ref. Perpindahan Kalor J.P. Holman Hal : 260 )
Dimana :
            k  =  Konstanta ( W/m/K)
            Pr = Bilangan Prandtl

Parameter Yang Mempengaruhi Kemampuan mesin
Yang dimaksud dengan kemampuan mesin adalah prestasi dari suatu mesin yang erat hubungannya dengan daya mesin yang dihasilkan serta daya guna dari mesin tersebut. Ada beberapa parameter yang mempengaruhi kemampuan mesin yang dapat diperincikan sebagai berikut :
Torsi (T)
            Proses pembakaran di dalam silinder akan menimbulkan tekanan terhadap torak. Akibat adanya tekanan pada torak sehingga menimbulkan gaya yang akan di teruskan ke batang torak yang akan mengakibatkan timbulnya tenaga putar pada engkol yang di sebut sebagai torsi. Torsi dapat di hitung dengan menggunakan persamaan sebagai berikut:
            T = F . r                                                ( Ref. Motor Bensin Hal : 21 )

Dimana:
            T   = Torsi (Nm)
            F   = Beban Dynamometer (N)
            r    = Lengan Dynamometer (m)

Daya Poros
Power atau Daya yang diberikan oleh poros penggerak dikenal dengan BHP ( Brake Horse Power ) atau pun Ne. Daya ini biasanya diukur dengan beberapa macam dinamometer seperti dinamometer listrik dan dinamometer hydraulik. Daya Poros biasanya diukur dengan menentukan reaksi dinamometer dan memakai rumus berikut :
Ne =                                      (Ref. Motor Diesel Putaran Tinggi Hal : 24)
Dimana :
Ne  = Daya Poros (kW)
n    =  Putaran mesin (rpm)
T    = Torsi (Nm)

Konsumsi Bahan Bakar (Fc)
Pemakaian bahan bakar di definisikan sebagai jumlah penggunaan bahan bakar persatuan waktu dalam kg/jam. Dalam pengujian ini di gunakan gelas ukur dengan volume 10 cc dan alat pencatat waktu untuk mengukur pemakaian bahan bakar tiap 5 cc bahan bakar dalam proses pengujian.
Fc =                                    (Ref. Motor Diesel Putaran Tinggi Hal : 24)
Dimana:
            Fc  = Konsumsi bahan bakar (kg/jam)
            Vb = Volume pemakaian bahan bakar (m )
             = Massa jenis bahan bakar (kg/m )
            t   = Waktu pemakaian bahan bakar (dtk)
Pemakaian Bahan Bakar Spesifik
Pemakaian bahan bakar spesifik merupakan parameter yang berhubungan erat efisiensi thermal motor. Pemakaian bahan bakar spesifik ini didefinisikan sebagai banyaknya bahan bakar yang terpakai setiap jam untuk menghasilkan setiap kW dari daya motor.
Untuk mengetahui pemakaian bahan bakar dari motor perlu terlebih dahulu menghitung besarnya Spesific Fuel Consumtion :
                                         (Ref. Motor Diesel Putaran Tinggi Hal : 24)
Dimana :
SFC       = Pemakaian bahan bakar spesifik (kg/jam.kW)
Fc         = Konsumsi bahan bakar (m3/jam)
Ne        = Daya poros (kW)

Efisiensi Termal
Efisiensi Termal merupakan perbandingan antara daya yang dihasilkan terhadap jumlah pemakaian bahan bakar untuk waktu tertentu.
 =  x 100%                       (Ref. Motor Diesel Putaran Tinggi Hal : 24)
Dimana:
                   = Efisiensi Thermal (%)
Ne           = Daya poros (kW)
            Fc         = Konsumsi bahan bakar (kg/jam)
            LHV      = Nilai kalor bawah bahan bakar  (20930 kJ/kg)
Perhitungan Koefisien Perpindahan Panas Pada Bahan Bakar
A. Perhitungan Menggunakan Bahan Bakar Etanol
1. Menentukan Laju Massa aliran
            m = ρ
Dimana :
            ρ = 800 kg/m3                                     t  =  68 detik
            d = 30 mm = 0,03 m                            s  =  15 cm = 0,15 m
            μm = =  = 0,0022 m/s
Maka :
            m = ρ
                =  800 x  kg/s
                = 0,0012  kg/s

2. Kecepatan Massa Aliran
            G =  = ρum
Dimana :
            m = 0,0012 kg/s
            A = = 0,0007065 m2
Maka :
            G =
            G =  kg/s.m2
            G = 1,7 kg/s.m2
3. Sehingga angka Reynolds didapat
Dimana :
            μ = 260,4 x 105 kg/m.s
Maka :
            Red =
            Red =
            Red = 1,96 x 10-9  - Maka alirannya adalah Laminar

4. Koefisien Perpindahan Panas
            Nud = 0,023 Red0,8Pr0,4
Dimana :
            Pr   = 38,1
            k     = 0,17 W/m.oC
            Red = 1,96 x 10-9
            Nud = 0,023 Red0,8Pr0,4
                   = 0,023 x (1,96 x 10-9)0,8 x (38,1)0,4
                   = 1,07 x 10-8
Maka:
            h =
            h =  x 1,07 x 10-8 W/m2.oC
            h = 6,06 x 10-8 W/m2.oC
5. Laju Perpindahan panas Bahan Bakar
q = mCp(Tb2 – Tb1)
Dimana :
            h  = 6,06 x 10-8 W/m2.oC                     Tb1 = 28 oC
            d  = 0,007 m                                        Tb2 = 36 oC
            m  = 0,0012 kg/s                                 Cp  = 2,39 kJ/kg.oC
Maka :
q =  mCp(Tb2 – Tb1)
            q =  0,0012 kg/s x 2,39 kJ/kg.oC (36-28)oC
            q =  0,023 kJ/s

Perhitungan Menggunakan Bahan Bakar Metanol
1. Menentukan Laju Massa aliran
            m = ρ
Dimana :
            ρ = 786,6 kg/m3                                  t  =  53 detik
            d = 30 mm = 0,03 m                            s  =  15 cm = 0,15 m
            μm = =  = 0,0028 m/s
Maka :
            m = ρ
                =  786,6 x  kg/s
                = 0,00156  kg/s

2. Kecepatan Massa Aliran
            G =  = ρum
Dimana :
            m = 0,00156 kg/s
            A = = 0,0007065 m2
Maka :
            G =
            G =  kg/s.m2
            G = 2,21 kg/s.m2
3. Sehingga angka Reynolds didapat
Dimana :
            μ = 260,4 x 105 kg/m.s
Maka :
            Red =
            Red =
            Red = 2,55 x 10-9  - Maka alirannya adalah Laminar

4. Koefisien Perpindahan Panas
            Nud = 0,023 Red0,8Pr0,4
Dimana :
            Pr   = 38,1
            k     = 0,17 W/m.oC
            Red = 2,55 x 10-9
            Nud = 0,023 Red0,8Pr0,4
                   = 0,023 x (2,55 x 10-9)0,8 x (38,1)0,4
                   = 1,32 10-8
Maka:
            h =
            h =  x 1,32 10-8 W/m2.oC
            h = 7,48 x 10-8 W/m2.oC

5. Laju Perpindahan panas Bahan Bakar
q = mCp(Tb2 – Tb1)
Dimana :
            h  = 7,48 x 10-8 W/m2.oC                     Tb1 = 28 oC
            d  = 0,007 m                                        Tb2 = 36 oC
            m  = 0,00156 kg/s                               Cp  = 2,39 kJ/kg.oC
Maka :
q =  mCp(Tb2 – Tb1)
            q =  0,00156 kg/s x 2,39 kJ/kg.oC (36-28)oC
            q =  0,0298 kJ/s

Perhitungan Performa Mesin
A. Menggunakan Bahan Bakar Etanol
Jenis mesin                                          :  Honda Astrea Legenda
Kapasitas                                             :  97,1 cc
Bahan bakar                                        :  Alkohol
Putaran                                               :  3000 rpm
Pemakaian bahan bakar per-5 ml       :  68 detik
Data-data diatas maka dapat dihitung sebagai berikut :
1.  Momen Torsi (Mt)
            Mt = F . r
Dimana:
            r   = 30 cm = 0,3 m
            F =  m . g
               =  2,5 kg x 9,8 m/s2
Maka :
Mt = ( 2,5 kg x 9,8 m/s2 ) x 0,3 m
     =  7,35 Nm

2.  Daya Poros
                                                           
Dimana :
n  =   3000 rpm
Mt = 7,35 Nm
Maka :
              BHP =
              BHP =  kW
              BHP = 2,3 kW

3.  Konsumsi Bahan Bakar (Fc)
Fc =    
Dimana:
             = 800 kg/m
            Vb  = 0,005 m3
            t   = 68 detik

Maka :
            Fc =  
                = x 800 x  kg/jam
                = 0,21 kg/jam

4.  Pemakaian Bahan Bakar Spesifik SFC
 
Dimana ;   
Fc      = 0,21 kg/jam
            BHP   = 2,3 kW
Maka :
            SFC =
                    = 
                    =  0,09 kg/kW.jam

5.  Efisiensi Termal
 =  x 100%
Dimana:
            BHP    = 2,3 kW
            Fc       = 0,2 kg/jam
            LHV   = 20930 kj/kg
Maka :
 =  x 100%
            ηth =  x 100 %
            ηth = 1,88 %

B. Menggunakan Bahan Bakar Metanol
Jenis mesin                                          :  Honda Astrea Legenda
Kapasitas                                             :  97,1 cc
Bahan bakar                                        :  Alkohol
Putaran                                               :  3000 rpm
Pemakaian bahan bakar per-5 ml       :  53 detik

Data-data diatas maka dapat dihitung sebagai berikut :
1.  Momen Torsi (Mt)
            Mt = F . r
Dimana:
            r   = 30 cm = 0,3 m
            F =  m . g
               =  3 kg x 9,8 m/s2
Maka :
Mt = ( 3 kg x 9,8 m/s2 ) x 0,3 m
     =  8,82 Nm
2.  Daya Poros
                                                           
Dimana ;
n  =   3000 rpm
Mt = 8,82 Nm
Maka :
              BHP =
              BHP =  kW
              BHP = 2,76 kW

3.  Konsumsi Bahan Bakar (Fc)
Fc =    
Dimana:
             = 786,6 kg/m
            Vb  = 0,005 m3
            t   = 53 detik
Maka :
            Fc =  
                = x 786,6 x  kg/jam
                = 0,27 kg/jam

4.  Pemakaian Bahan Bakar Spesifik SFC
 
Dimana ;   
Fc      = 0,27 kg/jam
            BHP   = 2,76 kW
Maka :
            SFC =
                    = 
                    =  0,1 kg/kW.jam

5.  Efisiensi Termal
 =  x 100%
Dimana:
            BHP    = 2,76 kW
            Fc       = 0,27 kg/jam
            LHV   = 24400 kj/kg
Maka :
 =  x 100%
            ηth =  x 100 %
            ηth = 1,51 %



Daftar Pustaka

1. J. D. Anderson. Modern Compressible Flow with Historical Perspective. 3rd ed. New York: McGraw-Hill, 2003.
2. Y. A. Çengel and J. M. Cimbala. Fluid Mechanics: Fundamentals and Applications. New York: McGraw-Hill, 2006.
3. H. Cohen, G. F. C. Rogers, and H. I. H. Saravanamuttoo. Gas Turbine Theory. 3rd ed. New York:Wiley, 1987.
4.W.J.Devenport.CompressibleAerodynamicCallculator,http://www.aoe.vt.edu/~devenpor/aoe3114/calc.html.
5. R. W. Fox and A. T. McDonald. Introduction to Fluid Mechanics. 5th ed. New York:Wiley, 1999.
6. H. Liepmann and A. Roshko. Elements of Gas Dynamics.Dover Publications, Mineola, NY, 2001.
7. C. E. Mackey, responsible NACA officer and curator.Equations, Tables, and Charts for Compressible Flow.NACA Report 1135, http://naca.larc.nasa.gov/reports/1953/naca-report-1135/.
8. A. H. Shapiro. The Dynamics and Thermodynamics of Compressible Fluid Flow. vol. 1. New York: Ronald Press Company, 1953.
9. P. A. Thompson. Compressible-Fluid Dynamics. New York: McGraw-Hill, 1972.
10. United Technologies Corporation. The Aircraft Gas Turbine and Its Operation. 1982.
11. Van Dyke, 1982.

12. F. M. White. Fluid Mechanics. 5th ed. New York: McGraw-Hill, 2003.
Komentar Facebook
0 Komentar Blogger


EmoticonEmoticon